Wednesday, November 11, 2015

Ini Penyebab Utama Yang Mencemari Sungai di Jakarta, Apa Itu? Jangan Ikutan Ya

Dok Palyja 
Belum optimalnya penanganan limbah di DKI Jakarta menyebabkan tingginya tingkat pencemaran sungai-sungai di ibukota. Salah satunya Sungai Krukut yang menjadi sumber pasokan air baku untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak. JAKARTA, KOMPAS.com - Belum optimalnya penanganan limbah di DKI Jakarta menyebabkan tingginya tingkat pencemaran sungai-sungai di ibukota. Salah satunya Sungai Krukut yang menjadi sumber pasokan air baku untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak.

Sungai tersebut didominasi oleh polutan limbah domestik berupa amonium. Pada musim hujan, limbah amonium dapat terurai oleh limpahan air hujan. Namun, saat musim kemarau berkepanjangan seperti beberapa saat lalu, amonium yang berasal dari limbah domestik tersebut tidak dapat terurai karena tidak adanya limpahan air.

"Sejak pertengahan September 2015 lalu hingga saat ini produksi IPA Cilandak harus diturunkan menjadi 200 liter per detik dari total kapasitas produksi 400 liter per detik akibat tingginya amonium," papar Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Corporate Communication dan Social Responsibility Palyja, Senin (9/11/2015).

Terganggunya produksi di IPA Cilandak dikhawatirkan terus berlangsung jika terjadi musim kemarau berkepanjangan.

"Kami tidak ingin menyalahkan cuaca sebagai penyebab penurunan produksi di IPA Cilandak. Sebaliknya, komitmen kami untuk tetap melayani pelanggan yang terdampak oleh gangguan instalasi tersebut tetap tinggi," kata Meyritha.

Saat ini pihaknya mengaku telah menyiapkan beberapa solusi terkait terganggunya produksi air bersih di IPA Cilandak.

"Kami telah berkoordinasi dengan PAM Jaya untuk mendapatkan bantuan pasokan air bersih dari AETRA sebanyak 150 liter per detik dan juga melakukan konfigurasi jaringan perpipaan agar beberapa wilayah yang terdampak oleh gangguan IPA Cilandak mendapat pasokan air bersih dari IPA Pejompongan," tambah Meyritha.

Namun, karena suplai air bersih tersebut pasokannya berfluktuasi akibat permasalahan kuantitas dan kualitas air baku, maka Palyja telah menjalankan rencana berikutnya.

"Saat ini kami telah mengoperasikan tambahan tujuh unit truk tangki dan 30 unit tandon air untuk mensuplai air bersih secara gratis bagi pelanggan yang terdampak," ujar Meyritha.

Dengan tambahan tersebut, saat ini Palyja memiliki 29 unit truk tangki dan 47 tandon air yang dioperasikan untuk menangani dampak penurunan produksi di IPA Cilandak. Para pelanggan yang terdampak dihimbau menghubungi call center Palyja di 021 2997 9999 untuk mendapatkan bantuan air bersih tersebut.

Sementara itu, untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan, Palyja akan menerapkan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) di IPA Cilandak. MBBR) merupakan teknologi pertama diterapkan di Asia Tenggara.

"Teknologi MBBR yang telah sukses kami terapkan di Instalasi Pengambilan Air Baku di Kanal Banjir Barat akan kami bangun di IPA Cilandak mulai tahun depan. Karena terbukti sukses mengolah air sungai yang polutan amoniumnya tinggi menjadi air baku yang sesuai standar pengolahan air bersih," papar Meyritha.

Namun, lanjut dia, pasokan distribusi yang memadai tidak bisa mengandalkan satu pihak saja. Sebaliknya, hal itu membutuhkan kemitraan kuat antarinstitusi yang berwenang dalam pengelolaan air, baik swasta; pemerintah daerah, pusat, penegak hukum hingga masyarakat Jakarta sendiri.

"Oleh karena itu Palyja siap menjalin sinergi yang lebih erat dengan semua pemangku kepentingan yang berwenang dalam pengelolaan air bersih. Sementara itu kami menghimbau masyarakat juga untuk menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah ke sungai," katanya.(kompas)